Objek wisata alam / kawasan hutan Sangeh terletak di Desa Adat Sangeh, Kabupaten Badung, Bali.
Kawasan hutan Sangeh seluas lebih kurang 10 hektar, jaraknya sekitar 35 km sebelah utara Kota Denpasar. Ada tiga daya tarik obejek ini.

Pertama, keberadaan sejumlah pura tua dalam kawasan hutan, seperti Pura Bukit Sari yang disebut-sebut sebagai peninggalan abad ke-17, Pura Melanting, Pura Tirta, dan Pura Anyar.

Menurut kisah, Pura Bukit Sari adalah peninggalan dari Kerajaan Mengwi (wilayahnya termasuk kawasan hutan Sangeh), sekitar 400 tahun lalu. Pura tua itu dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem Sakti, anak angkat dari Raja Mengwi saat itu, Cokorda Sakti Blambangan.
Konon, pembangunan Pura Bukit Sari dilakukan setelah Anglurah memperoleh pawisik (ilham) saat ia menjalani pertapaan. Pura dibangun di tengah kawasan hutan Sangeh, sesuai permintaan melalui pawisik tersebut.

Daya tarik kedua, kesejukan sekaligus rasa damai yang menyentuh kalbu dari ribuan pohon berusia ratusan tahun yang hingga kini tetap terjaga. Pohon yang menjulang tinggi itu didominasi jenis pohon pala . Terdapat satu pohon unik, yang diberinama Pohon Lanag wadon. Pohon ini memiliki lubang di pangkal batangnya dan di dalam lubang tsb ada bagian pohon yang menyembul keluar seperti penis.

Daya tarik ketiga , kawasan hutan Sangeh adalah habitat monyet berwarna abu dan berekor panjang. Populasinya saat ini lumayan banyak, sekitar 700 ekor.
Uniknya lagi, kawanan monyet di Sangeh terbagi dalam tiga kelompok sesuai sebarannya di kawasan bagian barat, tengah, dan timur kawasan hutan itu. Terutama sang jantan sebagai rajanya, selalu dengan gigih berupaya mempertahankan kawasan dan juga betina-betinanya. Diyakini oleh warga local kawanan monyet Sangeh adalah penjelmaan prajurit putri dari Kerajaan Mengwi.

Di Bali, obyek wisata yang sekaligus mengandalkan keberadaan kawanan monyet sebenarnya tidak hanya di Sangeh. Masih terdapat sejumlah lokasi lain, seperti di kawasan Pulati, Uluwatu, dan Bedugul.